Saat ini ada banyak produk dengan label mengandung antioksidan. Hal ini tentu membuat Anda tertarik untuk segera membeli dan beranggapan akan sehat dengan mengonsumsi produk tersebut. Benarkah antioksidan demikian hebatnya?
Penelitian telah menemukan bahwa bagaimana cara mengonsumsi antioksidan bisa berpengaruh dan membuat perbedaan besar untuk kesehatan. Berikut 6 mitos yang berkaitan dengan antioksidan, seperti dikutip dari Washington Post.
Mitos 1: Antioksidan adalah semua vitamin
Faktanya, ada ribuan antioksidan. Namun, hanya beberapa saja yang berupa vitamin. Beberapa mineral dan lain-lain adalah enzim. Enzim ini merupakan molekul protein yang memfasilitasi reaksi kimia dan diperlukan sel untuk berfungsi dengan baik.
Mitos 2: Semua antioksidan diciptakan sama
Faktanya, setiap antioksidan melawan radikal bebas yang berbeda-beda, namun mereka bekerja sama dengan baik. Misalnya vitamin C mendaur ulang vitamin E. Jika molekul vitamin E menetralisir radikal bebas, vitamin C mengkonversi molekul vitamin E kembali ke bentuk antioksidan, yang memungkinkannya untuk memerangi radikal bebas.
Mitos 3: Pastikan mengonsumsi buah 'super' seperti buah delima dan berbagai jenis berry
Faktanya, semua buah adalah buah 'super', tidak hanya buah tertentu seperti yang selama ini sering dikenal. Setiap jenis buah atau sayuran memiliki kombinasi unik senyawa sehat, termasuk antioksidan. Jika Anda terlalu memilih jenis buah tertentu yang dianggap 'super', maka Anda akan kehilangan kombinasi nutrisi yang dikandung buah-buahan lainnya.
Mitos 4: Selalu konsumsi suplemen
Faktanya, jangan selalu bergantung pada suplemen, tetapi fokuslah pada asupan nutrisi alami melalui makanan. Uji klinis telah meneliti kemampuan antioksidan tertentu untuk melawan penyakit. Antioksidan dalam bentuk suplemen belum menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Diskusikan dengan dokter jika Anda merasa butuh suplemen antioksidan, sebab studi menyebutkan beberapa suplemen menyebabkan bisa kerusakan.
Mitos 5: Lebih banyak konsumsi antioksidan, lebih baik
Faktanya, terlalu banyak juga bisa menimbulkan masalah. Berhati-hatilah pada suplemen yang mencantumkan label 'dosis tinggi'. Jenis ini mengandung antioksidan lebih banyak dari nilai harian yang direkomendasikan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa ketika diambil dalam dosis tinggi, antioksidan dapat menjadi pro-oksidan. Zat ini justru meningkatkan produksi radikal bebas, terutama pada orang yang minum alkohol atau merokok.
Kemungkinan bahaya konsumsi berlebihan ini jauh lebih kecil jika antioksidan tersebut alami dari makanan. Walaupun begitu, memakan 1 jenis buah atau sayuran dalam jumlah yang berlebihan juga dapat memberi efek yang aneh dalam tubuh. Misalnya mengonsumsi wortel atau sayuran lain yang kaya beta-karoten dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kulit berwarna oranye.
Mitos 6: Makanan kemasan dengan label antioksidan yang menjanjikan pasti membuat tubuh lebih sehat
Faktanya, klaim antioksidan pada makanan kemasan tidak selalu memberi manfaat pada kesehatan. Beberapa produsen makanan menambahkan antioksidan seperti vitamin C atau E, dan kemudian label produk sebagai mengandung antioksidan, mungkin dengan tujuan lebih ke arah untuk meningkatkan penjualan. Sumber Berita
Semoga Bermanfaat postingan nGalesser kali ini, Selamat Membaca!!!
Penelitian telah menemukan bahwa bagaimana cara mengonsumsi antioksidan bisa berpengaruh dan membuat perbedaan besar untuk kesehatan. Berikut 6 mitos yang berkaitan dengan antioksidan, seperti dikutip dari Washington Post.
Mitos 1: Antioksidan adalah semua vitamin
Faktanya, ada ribuan antioksidan. Namun, hanya beberapa saja yang berupa vitamin. Beberapa mineral dan lain-lain adalah enzim. Enzim ini merupakan molekul protein yang memfasilitasi reaksi kimia dan diperlukan sel untuk berfungsi dengan baik.
Mitos 2: Semua antioksidan diciptakan sama
Faktanya, setiap antioksidan melawan radikal bebas yang berbeda-beda, namun mereka bekerja sama dengan baik. Misalnya vitamin C mendaur ulang vitamin E. Jika molekul vitamin E menetralisir radikal bebas, vitamin C mengkonversi molekul vitamin E kembali ke bentuk antioksidan, yang memungkinkannya untuk memerangi radikal bebas.
Mitos 3: Pastikan mengonsumsi buah 'super' seperti buah delima dan berbagai jenis berry
Faktanya, semua buah adalah buah 'super', tidak hanya buah tertentu seperti yang selama ini sering dikenal. Setiap jenis buah atau sayuran memiliki kombinasi unik senyawa sehat, termasuk antioksidan. Jika Anda terlalu memilih jenis buah tertentu yang dianggap 'super', maka Anda akan kehilangan kombinasi nutrisi yang dikandung buah-buahan lainnya.
Mitos 4: Selalu konsumsi suplemen
Faktanya, jangan selalu bergantung pada suplemen, tetapi fokuslah pada asupan nutrisi alami melalui makanan. Uji klinis telah meneliti kemampuan antioksidan tertentu untuk melawan penyakit. Antioksidan dalam bentuk suplemen belum menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Diskusikan dengan dokter jika Anda merasa butuh suplemen antioksidan, sebab studi menyebutkan beberapa suplemen menyebabkan bisa kerusakan.
Mitos 5: Lebih banyak konsumsi antioksidan, lebih baik
Faktanya, terlalu banyak juga bisa menimbulkan masalah. Berhati-hatilah pada suplemen yang mencantumkan label 'dosis tinggi'. Jenis ini mengandung antioksidan lebih banyak dari nilai harian yang direkomendasikan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa ketika diambil dalam dosis tinggi, antioksidan dapat menjadi pro-oksidan. Zat ini justru meningkatkan produksi radikal bebas, terutama pada orang yang minum alkohol atau merokok.
Kemungkinan bahaya konsumsi berlebihan ini jauh lebih kecil jika antioksidan tersebut alami dari makanan. Walaupun begitu, memakan 1 jenis buah atau sayuran dalam jumlah yang berlebihan juga dapat memberi efek yang aneh dalam tubuh. Misalnya mengonsumsi wortel atau sayuran lain yang kaya beta-karoten dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kulit berwarna oranye.
Mitos 6: Makanan kemasan dengan label antioksidan yang menjanjikan pasti membuat tubuh lebih sehat
Faktanya, klaim antioksidan pada makanan kemasan tidak selalu memberi manfaat pada kesehatan. Beberapa produsen makanan menambahkan antioksidan seperti vitamin C atau E, dan kemudian label produk sebagai mengandung antioksidan, mungkin dengan tujuan lebih ke arah untuk meningkatkan penjualan. Sumber Berita
Semoga Bermanfaat postingan nGalesser kali ini, Selamat Membaca!!!
Ditulis oleh:
nGalesser - Rabu, 15 Mei 2013